Seperti
yang kita ketahui Indonesia adalah salah satu negara dengan populasi terbesar
di dunia. Permasalahan energi tentu merupakan tantangan besar dalam memastikan
akses energi yang terjangkau dan berkelanjutan bagi seluruh warganya. Subsidi
energi, khususnya untuk bahan bakar fosil, telah menjadi instrumen kebijakan
utama selama beberapa dekade. Meskipun subsidi ini dimaksudkan untuk menjaga
keterjangkauan harga energi bagi masyarakat, mereka juga telah menciptakan
ketergantungan yang mendalam pada bahan bakar fosil, seperti yang dituliskan
Pada journal yang dituliskan oleh Ermawati T tentang Ekonomi dan pembangunan (
2018 ) Dalam konteks global yang semakin berfokus pada pengurangan emisi karbon
dan transisi ke energi bersih, Indonesia perlu mengevaluasi ulang peran
subsidinya. Esai ini akan membahas dampak dari subsidi bahan bakar fosil
terhadap lingkungan dan ekonomi, tantangan dalam mengalihkan subsidi ke energi
terbarukan, serta strategi optimalisasi subsidi energi terbarukan untuk
mendukung transisi yang lebih berkelanjutan.
Dampak
Subsidi Bahan Bakar Fosil terhadap Lingkungan dan Ekonomi
Subsidi
bahan bakar fosil telah menjadi tulang punggung kebijakan energi Indonesia
selama beberapa dekade. Dengan memberikan subsidi, pemerintah berusaha
memastikan bahwa harga energi tetap terjangkau, terutama bagi masyarakat miskin
dan mereka yang tinggal di daerah terpencil. Namun, meskipun tujuan ini
tampaknya mulia, efek jangka panjang dari subsidi bahan bakar fosil justru
merugikan lingkungan dan ekonomi nasional.
Berdasarkan
journal yang ditulis oleh Afriyanti, Sasana, dan Jalunggono tentang factor
factor yang memepngaruhi komsusi Energi di Indonesia, dapat dilihat bahwa
dari
perspektif lingkungan, subsidi bahan bakar fosil telah memperkuat
ketergantungan Indonesia pada sumber energi yang tidak berkelanjutan. Konsumsi
bahan bakar fosil yang tinggi, didorong oleh harga yang relatif rendah akibat
subsidi, menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca yang signifikan. Emisi
ini berkontribusi besar terhadap perubahan iklim, yang berdampak buruk pada
pola cuaca, kenaikan permukaan laut, dan kerusakan ekosistem. Selain itu,
pembakaran bahan bakar fosil juga menyebabkan polusi udara yang serius,
terutama di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung. Polusi
udara ini tidak hanya mengancam kesehatan masyarakat—meningkatkan risiko
penyakit pernapasan dan kardiovaskular—tetapi juga menimbulkan biaya ekonomi
yang tinggi dalam bentuk meningkatnya biaya perawatan kesehatan dan hilangnya
produktivitas.
Seperti
dilansir dari journal miliki Khairul tentang pengaruh subsidi energi Terhadpa
kemiskinan di Indonesia, secara ekonomi, subsidi bahan bakar fosil menimbulkan
beban besar pada anggaran negara. Setiap tahun, miliaran dolar dialokasikan
untuk mempertahankan subsidi ini, dana yang sebenarnya dapat digunakan untuk
investasi dalam infrastruktur, pendidikan, atau program kesejahteraan sosial
lainnya. Lebih jauh, subsidi ini menciptakan distorsi pasar yang membuat energi
terbarukan tampak kurang menarik bagi investor. Dengan harga bahan bakar fosil
yang disubsidi, energi terbarukan sering kali terlihat lebih mahal dan kurang
kompetitif. Akibatnya, pengembangan sektor energi terbarukan terhambat, dan
Indonesia menjadi lebih lambat dalam beradaptasi dengan tren global menuju
energi bersih.
Tantangan
dalam Pengalihan Subsidi ke Energi Terbarukan
Mengalihkan
subsidi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan adalah langkah yang sangat
diperlukan untuk mendukung transisi ke energi bersih di Indonesia. Namun,
proses ini menghadapi berbagai tantangan yang kompleks, baik dari aspek
politik, ekonomi, maupun sosial.
Salah satu
tantangan utama adalah resistensi politik dan sosial terhadap penghapusan atau
pengurangan subsidi bahan bakar fosil. Subsidi ini telah lama dianggap sebagai
hak oleh banyak warga negara, terutama mereka yang bergantung pada harga energi
yang rendah untuk kehidupan sehari-hari mereka. Penghapusan subsidi, bahkan
jika dilakukan secara bertahap, dapat memicu ketidakpuasan publik yang luas,
terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah. Protes terhadap kenaikan
harga bahan bakar adalah hal yang sering terjadi di Indonesia, dan ini bisa
mengancam stabilitas politik serta memperburuk ketidakpercayaan masyarakat
terhadap pemerintah.
Di sisi
lain, industri yang bergantung pada bahan bakar fosil, seperti sektor
transportasi dan manufaktur, juga memiliki kepentingan besar untuk
mempertahankan subsidi ini. Industri-industri ini sering kali memiliki pengaruh
politik yang signifikan dan mampu menekan pemerintah untuk menunda atau
menggagalkan reformasi subsidi. Mereka berargumen bahwa penghapusan subsidi
akan meningkatkan biaya produksi dan operasional, yang pada gilirannya dapat
mengurangi daya saing mereka di pasar internasional dan berpotensi menyebabkan
hilangnya pekerjaan.
Selain
tantangan politik dan ekonomi, ada juga tantangan teknis dan infrastruktur yang
perlu diatasi. Pengembangan energi terbarukan memerlukan investasi besar dalam
infrastruktur baru, seperti jaringan listrik yang lebih efisien, fasilitas
penyimpanan energi, dan teknologi canggih lainnya. Namun, banyak daerah di
Indonesia, terutama di wilayah-wilayah terpencil, masih belum memiliki
infrastruktur yang memadai untuk mendukung transisi ini. Kekurangan
infrastruktur ini berarti bahwa energi terbarukan mungkin tidak dapat diakses
oleh seluruh penduduk Indonesia, terutama mereka yang tinggal di daerah-daerah
yang paling membutuhkan.
Strategi
untuk Optimalisasi Subsidi Energi Terbarukan
Untuk
mengatasi tantangan-tantangan ini, Indonesia perlu mengembangkan strategi yang
komprehensif dan terkoordinasi untuk mengalihkan subsidi dari bahan bakar fosil
ke energi terbarukan, sekaligus meminimalkan dampak negatif sosial dan ekonomi
yang mungkin timbul.
Salah satu
jounal internasional dengan judul The role
of energy democracy and energy citizenship for
participatory energy transitions: A comprehensive review Wahlund M. Palm J. Energy
Research and Social Science (2022), Langkah pertama yang harus diambil
adalah mereformasi kebijakan subsidi secara bertahap, dengan fokus pada
pengurangan dukungan untuk bahan bakar fosil dan peningkatan insentif bagi
pengembangan energi terbarukan. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah
dengan memperkenalkan subsidi untuk teknologi energi bersih, seperti panel
surya, turbin angin, dan pembangkit listrik tenaga air. Pemerintah juga dapat
memberikan pembebasan pajak dan keringanan bea masuk untuk peralatan energi
terbarukan, yang akan mendorong lebih banyak investasi dalam sektor ini.
Selain
reformasi kebijakan, penting juga untuk meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pengalokasian subsidi. Pemerintah perlu memastikan bahwa
subsidi yang diberikan benar-benar digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan
dan tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak berhak. Salah satu cara
untuk mencapai ini adalah dengan memperkenalkan sistem pemantauan dan evaluasi
yang ketat, serta melibatkan masyarakat dan organisasi non-pemerintah dalam
pengawasan pelaksanaan kebijakan.
Edukasi dan
kesadaran masyarakat juga merupakan komponen penting dalam transisi ini.
Pemerintah harus meluncurkan kampanye edukasi yang luas untuk meningkatkan
pemahaman masyarakat tentang pentingnya transisi ke energi bersih dan dampak
negatif dari ketergantungan pada bahan bakar fosil. Masyarakat perlu diberi
tahu tentang manfaat jangka panjang dari energi terbarukan, baik dari segi
lingkungan maupun ekonomi, serta bagaimana mereka dapat berperan aktif dalam
mendukung transisi ini.
Di samping
itu, pemerintah harus berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur energi
terbarukan, terutama di daerah-daerah yang saat ini masih kurang terlayani oleh
jaringan listrik nasional. Proyek-proyek energi terbarukan skala kecil, seperti
panel surya di rumah tangga atau pembangkit listrik tenaga mikrohidro di
desa-desa terpencil, dapat menjadi solusi yang efektif untuk memastikan bahwa
seluruh masyarakat Indonesia dapat menikmati manfaat dari energi bersih.
Investasi ini tidak hanya akan meningkatkan akses energi di daerah-daerah
terpencil, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong
pertumbuhan ekonomi lokal.
Terakhir,
penting bagi pemerintah untuk belajar dari pengalaman negara-negara lain yang
telah berhasil mengalihkan subsidi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan.
Misalnya, India telah berhasil mengurangi subsidi bahan bakar fosil secara
signifikan dan mengalihkan sebagian besar dana tersebut untuk mendukung
pengembangan energi terbarukan. Demikian pula, Maroko telah menjadi salah satu
pemimpin dunia dalam pengembangan energi surya berkat kebijakan pemerintah yang
proaktif dalam mendukung energi terbarukan. Pembelajaran dari negara-negara ini
dapat memberikan wawasan berharga tentang bagaimana Indonesia dapat mengatasi
tantangan yang dihadapinya dan mempercepat transisi ke energi bersih.
Kesimpulan
Pengalihan
subsidi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan merupakan langkah yang
sangat penting dalam upaya Indonesia untuk mencapai keberlanjutan energi dan
mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan. Meskipun tantangan yang dihadapi
dalam proses ini cukup besar, dengan reformasi kebijakan yang tepat,
peningkatan transparansi, dan edukasi yang baik, Indonesia dapat memanfaatkan
subsidi energi sebagai alat yang efektif untuk mendukung transisi ke energi
bersih. Dengan demikian, negara ini tidak hanya akan mampu mengurangi emisi
karbon dan melindungi lingkungan, tetapi juga memastikan bahwa seluruh rakyat
Indonesia memiliki akses yang adil dan merata terhadap sumber energi yang
bersih, aman, dan terjangkau.
Transisi
ini, jika dikelola dengan baik, tidak hanya akan membawa manfaat lingkungan
yang signifikan, tetapi juga akan menciptakan peluang ekonomi baru, mendorong
inovasi teknologi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk bekerja sama
dalam mewujudkan visi ini, sehingga Indonesia dapat menjadi contoh bagi
negara-negara lain dalam mengelola transisi energi yang adil dan berkelanjutan